Hajar Aswad sangat familiar bagi Agama Islam. Batu berwarna hitam ini menjadi bab yang tidak pernah terlewatkan ketika melakukan ibadah Umrah dan Haji. Jutaan insan ingin memegang serta menciumnya, menyerupai yang dahulu dilakukan Nabi.
Bukan hanya berdasarkan sabda nabi, penelitian pun mengungkapkan jikalau kerikil ini berasal dari luar bumi. Nabi Muhammad SAW mengungkapkan, Hajar Aswad berasal dari surga. Sebelum kiamat, kerikil ini akan diangkat oleh Sang Pemilik ke daerah semula.
Hajar Aswad diturunkan dari surga ke bumi pada masa kehidupan Nabi Ibrahim dan Ismail. Sang utusan membawa kerikil tersebut menyerahkannya kepada Nabi Ismail ketika ayah dan anak ini membangun Kabbah. Siapa utusan tersebut sebenarnya?
Bagi Umat Islam, sangat mudah mendapatkan kenyataan jikalau Hajar Aswad merupakan kerikil yang dikirim Tuhan dari Surga-Nya. Bagaimana tidak, sang utusan yakni Nabi Muhammad SAW sudah mengatakannya. Dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAW mengatakan jikalau dahulunya kerikil ini begitu putih, namun alasannya ialah dosa-dosa insan kerikil ini kemudian menghitam.
Rasulullah SAW bersabda “Hajar Aswad turun dari surga, kerikil tersebut begitu putih, lebih putih dari pada susu. Dosa manusialah yang membuat kerikil tersebut menjadi hitam”. (H.R. Tirmidzi 877).
“Hajar aswad ialah kerikil dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.” (HR. Ahmad 1: 307)
Sabda Nabi SAW ini kemudian dibuktikan dengan penelitian dari banyak sekali literatur. Memang, kerikil ini tidak seutuh dahulu menyerupai pada ketika pertama kali turun, namun alasannya ialah ulah kaum musrikin yang mencongkelnya sehingga terurai menjadi beberapa pecahan. Beberapa cuilan ini sempat diteliti.
Seperti hasil penelitian kurator koleksi mineral kekaisaran Austria-Hungaria, Paul Partsch, pada 1857 yang mengungkapkan bahwa kerikil itu ialah berupa batuan meteorit, yang bukan berasal dari planet bumi. Selain itu, penelitian dari Museum Inggris mengungkapkan hal serupa, yakni kerikil tersebut bukan berasal dari bumi.
Terang saja, terang kerikil ini bukanlah kerikil bumi. Namun sudah dijelaskan oleh Nabi bahwa Ia diturunkan dari surga oleh sang pembawa utusan. Ternyata, yang mendapat peran mulia ini ialah Malaikat Jibril as, sang pemimpin malaikat.
Dari Abdullah bin Amru berkata, "Malaikat Jibril telah membawa Hajar Aswad dari surga lalu meletakkannya di daerah yang kau lihat sekarang ini. Kamu tetap akan berada dalam kebaikan selama Hajar Aswad itu ada. Nikmatilah kerikil itu selama kau masih bisa menikmatinya. Karena akan tiba ketika di mana Jibril datang kembali untuk membawa kerikil tersebut ke daerah semula. (HR Al-Azraqy).
Kisahnya berawal ketika Nabi Ibrahim AS diperintahkan Tuhan SWT untuk membangun Kabbah. Ia kemudian mengajak putranya untuk melakukan perintah tersebut. Saat hampir selesai mengerjakannya, nabi ibrahim AS merasa ada yang kurang pada ka’bah. Kemudian ia memerintahkan puteranya untuk mencari satu lagi kerikil yang bagus.
“Anakku pergilah engkau mencari sebuah kerikil lagi yang akan saya letakkan di ka’bah sebagai penanda bagi manusia”
Nabi Ismail kemudian mencari kerikil seruan ayahnya. Ia menyusuri satu bukit ke bukit lainnya untuk mencari batu.Namun tidak kunjung ditemukan. Ketika sedang mencari, kemudian datang malaikat Jibril dan memberinya sebuah kerikil yang indah.
Nabi Ismail AS mematuhi perintah ayahnya. Ia pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari kerikil yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat Jibril datang pada nabi Ismail AS dan memberinya sebuah kerikil yang cantik. Dengan senang hati ia mendapatkan kerikil itu dan segera membawanya untuk diberikan pada ayahnya. Nabi Ibrahim AS pun bangga dan mencium kerikil itu beberapa kali, kemudian nabi ibrahim AS bertanya pada puternya.
“Dari mana kau peroleh kerikil ini anakku?” nabi ismail AS menjawab “Ayahku, kerikil ini saya dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu” Nabi Ibrahim AS mencium kerikil itu lagi dan diikuti oleh Nabi Ismail AS.
“Demi Allah, Tuhan akan mengutus kerikil tersebut pada hari selesai zaman dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki verbal yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.” (HR. Tirmidzi no. 961)
Hingga ketika ini, entah berapa miliar insan yang sudah mencium Hajar Aswad. Bukan berarti menyembahnya, namun menghormati alasannya ialah Tuhan SWT menunjukkan penghormatan kepadanya.
Saat Umar Bin Khattab berada di hadapan Hajar Aswad dan menciumnya ia berkata “Demi Allah, saya tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah SAW menciummu niscaya saya tidak akan menciummu” (H.R Muslim 228).
Bukan hanya berdasarkan sabda nabi, penelitian pun mengungkapkan jikalau kerikil ini berasal dari luar bumi. Nabi Muhammad SAW mengungkapkan, Hajar Aswad berasal dari surga. Sebelum kiamat, kerikil ini akan diangkat oleh Sang Pemilik ke daerah semula.
Hajar Aswad diturunkan dari surga ke bumi pada masa kehidupan Nabi Ibrahim dan Ismail. Sang utusan membawa kerikil tersebut menyerahkannya kepada Nabi Ismail ketika ayah dan anak ini membangun Kabbah. Siapa utusan tersebut sebenarnya?
Bagi Umat Islam, sangat mudah mendapatkan kenyataan jikalau Hajar Aswad merupakan kerikil yang dikirim Tuhan dari Surga-Nya. Bagaimana tidak, sang utusan yakni Nabi Muhammad SAW sudah mengatakannya. Dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAW mengatakan jikalau dahulunya kerikil ini begitu putih, namun alasannya ialah dosa-dosa insan kerikil ini kemudian menghitam.
Rasulullah SAW bersabda “Hajar Aswad turun dari surga, kerikil tersebut begitu putih, lebih putih dari pada susu. Dosa manusialah yang membuat kerikil tersebut menjadi hitam”. (H.R. Tirmidzi 877).
“Hajar aswad ialah kerikil dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.” (HR. Ahmad 1: 307)
Sabda Nabi SAW ini kemudian dibuktikan dengan penelitian dari banyak sekali literatur. Memang, kerikil ini tidak seutuh dahulu menyerupai pada ketika pertama kali turun, namun alasannya ialah ulah kaum musrikin yang mencongkelnya sehingga terurai menjadi beberapa pecahan. Beberapa cuilan ini sempat diteliti.
Seperti hasil penelitian kurator koleksi mineral kekaisaran Austria-Hungaria, Paul Partsch, pada 1857 yang mengungkapkan bahwa kerikil itu ialah berupa batuan meteorit, yang bukan berasal dari planet bumi. Selain itu, penelitian dari Museum Inggris mengungkapkan hal serupa, yakni kerikil tersebut bukan berasal dari bumi.
Terang saja, terang kerikil ini bukanlah kerikil bumi. Namun sudah dijelaskan oleh Nabi bahwa Ia diturunkan dari surga oleh sang pembawa utusan. Ternyata, yang mendapat peran mulia ini ialah Malaikat Jibril as, sang pemimpin malaikat.
Dari Abdullah bin Amru berkata, "Malaikat Jibril telah membawa Hajar Aswad dari surga lalu meletakkannya di daerah yang kau lihat sekarang ini. Kamu tetap akan berada dalam kebaikan selama Hajar Aswad itu ada. Nikmatilah kerikil itu selama kau masih bisa menikmatinya. Karena akan tiba ketika di mana Jibril datang kembali untuk membawa kerikil tersebut ke daerah semula. (HR Al-Azraqy).
Kisahnya berawal ketika Nabi Ibrahim AS diperintahkan Tuhan SWT untuk membangun Kabbah. Ia kemudian mengajak putranya untuk melakukan perintah tersebut. Saat hampir selesai mengerjakannya, nabi ibrahim AS merasa ada yang kurang pada ka’bah. Kemudian ia memerintahkan puteranya untuk mencari satu lagi kerikil yang bagus.
“Anakku pergilah engkau mencari sebuah kerikil lagi yang akan saya letakkan di ka’bah sebagai penanda bagi manusia”
Nabi Ismail kemudian mencari kerikil seruan ayahnya. Ia menyusuri satu bukit ke bukit lainnya untuk mencari batu.Namun tidak kunjung ditemukan. Ketika sedang mencari, kemudian datang malaikat Jibril dan memberinya sebuah kerikil yang indah.
Nabi Ismail AS mematuhi perintah ayahnya. Ia pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari kerikil yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat Jibril datang pada nabi Ismail AS dan memberinya sebuah kerikil yang cantik. Dengan senang hati ia mendapatkan kerikil itu dan segera membawanya untuk diberikan pada ayahnya. Nabi Ibrahim AS pun bangga dan mencium kerikil itu beberapa kali, kemudian nabi ibrahim AS bertanya pada puternya.
“Dari mana kau peroleh kerikil ini anakku?” nabi ismail AS menjawab “Ayahku, kerikil ini saya dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu” Nabi Ibrahim AS mencium kerikil itu lagi dan diikuti oleh Nabi Ismail AS.
“Demi Allah, Tuhan akan mengutus kerikil tersebut pada hari selesai zaman dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki verbal yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.” (HR. Tirmidzi no. 961)
Hingga ketika ini, entah berapa miliar insan yang sudah mencium Hajar Aswad. Bukan berarti menyembahnya, namun menghormati alasannya ialah Tuhan SWT menunjukkan penghormatan kepadanya.
Saat Umar Bin Khattab berada di hadapan Hajar Aswad dan menciumnya ia berkata “Demi Allah, saya tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah SAW menciummu niscaya saya tidak akan menciummu” (H.R Muslim 228).
