Sabtu, 13 Januari 2018

Beginilah Ciri-ciri Orang yang Kecanduan Twitter

Twitter, sebuah sosial media berbasis micro blogging ini sangat menjamur dan orang2 mulai mencari Cara Twitteran yang asik dan memiliki popularitas, namun tak jarang orang yang kecanduan twitter melaksanakan hal-hal yang unik untuk menerima perhatian dari orang lain seperti.



1. Meretweet postingannya sendiri
Me-retweet biasanya dilakukan biar informasi penting yang disampaikan tersebar oleh lebih banyak orang. Namun ketika me-retweet kicauan kita sendiri tak ada efek ibarat itu. Orang-orang yang melaksanakan ini kemungkinan besar punya impian ngetwit yang besar, namun idenya tidak datang secepat gerak jempolnya.

2. Merindukan mention
"Ngetwit tanpa mention bagaikan malam ahad tanpa pacar". Pada dasarnya setiap user akan merasa bahagia jikalau apa yang ditwit menuai banjir mention. Artinya twitannya sanggup memaksa teman-temannya yang jumlahnya ribuan menanggapinya. Kadang ada beberapa user sudah berusaha habis-habisan berusaha ngetwit keren, namun tak ada yang menggubris sehingga muncullah istilah sedekah mention.

3. Mengganti Avatar setiap 10 menit
Memang tidak ada berapa lama waktu ideal untuk mengganti avatar. Bahkan ada yang menganggap avatar yaitu pengenal yang tidak boleh diubah. Dengan mengubah avatar, teman-temannya akan kesulitan mengenalinya. Avatar menjadi ibarat logo dalam sebuah brand. Sehingga ketika ia mengganti avatarnya, ia harus melaksanakan branding dari awal lagi.

Mengubah avatar sesuai dengan "tema" peristiwa yang terjadi dikala ini juga menarik. Misalnya mereka yang memperingati setahun haul mantan presiden Gus Dur memakai image atau ilustrasi Gus Dur sebagai avatarnya. Begitu juga ketika tweeple mempunyai tatto baru, ia merasa perlu mengganti avatarnya. Namun bagaimana ketika seseorang mengganti avatarnya tiap sepuluh menit?

4. Mengomentari link tanpa membaca
Perlu usaha dan energi sedikit untuk membuka sebuah link di garis waktu. Makanya lebih banyak didominasi orang (berdasar riset konon 80% tak membuka link) eksklusif mengomentari atau me-retweet postingan yang ada linknya tanpa mengeceknya. Pernah suatu kali terjadi, seseorang ngetwit dengan mencatur akun cnn yang memberitakan sepak bola indonesia yang ketika di klik linknya tidak ada.

5. Sensitif, selalu merasa menjadi objek pembicaraan
Twitter yaitu daerah umum, semua orang mempunyai hak yang sama dalam menyuarakan sesuatu. Baik mengenai hal yang serius maupun "gegosipan" internal. Namun anehnya dari kicauan yang ada di garis waktu, ada seseorang yang sangat sensitif. Tiba-tiba ia merasa menjadi objek pembicaraan, utamanya ketika yang diomongkan itu hal yang negatif. "Itu ngomongin saya ya, " katanya. Padahal tak ada mention ke akun dia.

6. Selalu mememperhatikan jumlah follower
Jumlah follower memang bukan segalanya, namun tetap dipandang lebih "seksi" jikalau followernya banyak. Mayoritas pekicau belakang layar berpacu bagaimana cara menambah followernya. Ada yang jelas-jelas meminta follow balik dengan suka rela. Ada juga yang meminta dengan syarat. "Jika followernya hingga jam 00:00 nanti berjumlah sekian, ia akan memasang foto telanjangnya di avatar. Yang lain cukup meratap dengan ngetwit "kurang sekian menuju follower ke 2000 misalnya.

7. Asal nyamber tanpa mengetahui konteks
Keterbatasan space yang disediakan twitter yang hanya 140 huruf mengakibatkan pembicaraan rawan "kesalahpahaman". Karena beberapa pekicau masih mereply tanpa memperhatikan apakah peserta pesan selanjutnya akan memahami isi pesan yang disampaikan. Ketika penyebaran pesan itu hingga pada orang ketiga atau keempat, kicauan tersebut sudah kehilangan konteks. Beberapa pekicau ngetwit asal nyamber tanpa mengetahui konteks, selain tidak bermanfaat, juga tidak perlu alasannya bisa-bisa malah mengganggu.
Disqus Comments