Hamba Tuhan:
Selamat siang Tuan setan! Senang sekali mampu hadir bersama anda di sini. Oya kita eksklusif saja pada pokok persoalan. Bagaimana jawaban anda terhadap agresi teroris yang akhir-akhir ini kembali marak di Indonesia?
Setan:
Saya sangat bahagia.
Hamba Tuhan:
Lho? Sama sekali anda tidak prihatin?
Setan:
Kenapa prihatin. Semakin kacau kehidupan anda di sini justru saya semakin senang. Itulah prestasi tertinggi saya. Dan itulah puncak kebahagiaan saya.
Hamba Tuhan:
Okey saya coba memahami sudut pandang anda. Tapi bagaimana anda memahami fenomena ini. Maksud saya apa bahwasanya yang bekerja di balik semua ini?
Setan:
Ya sayalah yang bekerja dibalik semua ini.
Hamba Tuhan:
Maaf anda mampu lebih spesifik?
Setan:
Ya pertanyaan anda juga harus spesifik dong!
Hamba Tuhan:
Okey. Saya akan mulai dari istilahnya. Apakah anda oke dengan label teroris untuk umat Islam yang berjihad di jalan Tuhan?
Setan:
Saya tidak ada urusan dengan istilah yang kalian perdebatkan. Karena yang penting bagi saya bukan itu. Bukan itu target saya. Tapi jikalau boleh saya berpendapat, itu istilah politik internasional. Suatu taktik untuk menggiring imajinasi sosial. Untuk membangun suatu citra bahwa Islam memang agama teroris. Agama yang menganjurkan kekerasan. Perang dan senjata.
Hamba Tuhan:
Artinya anda ingin mengatakan tidak oke dengan label tersebut?
Setan:
Sebenarnya tidak. Tapi melihat agresi para umat Islam yang membom rumah anda kemaren, saya jadi sangat setuju.
Hamba Tuhan:
Hmm … begitu ya. Berarti menurut anda Islam sama sekali bukan agama teroris?
Setan:
Tidak. Sama sekali tidak. Islam itu anutan yang sangat mulia. Ajaran Allah yang abadi. Sejak saya membangkang di sorga hingga ke final zaman.
Hamba Tuhan:
Tapi mereka kan juga mengamalkan apa yang dilakukan Nabi Muhammad dengan segala jihadnya di jalan Tuhan?
Setan:
Ow.. itu beda. Beda sekali mas. Di zaman Nabi Muhammad itu perang terjadi alasannya mereka diganggu oleh kaum kafir.
Hamba Tuhan:
Saya garis bawahi pernyataan anda: “Diganggu oleh kaum kafir.”
Berarti jikalau mereka tidak mengganggu, tidak akan diperangi? Bisa dipahami begitu?
Setan:
Benar sekali. Di zaman Nabi Muhammad banyak umat lain yang hidup dalam masyarakat Islam di bawah pimpinan dia. Maaf saya tidak menyebutnya dengan panggilan "beliau". Karena sebutan itu hanya bagi anda. Saya kan setan.
Hamba Tuhan:
Ya saya maklum kok. Jadi?
Setan:
Ya jadi orang kafir yang dipahami di zaman Nabi Muhammad dengan sekarang sepertinya sudah centang prenang. Saya tidak hafal Quran dan hadist Islam. Tapi yang ingin saya katakan, mereka tetap hidup berdampingan dengan damai. Sejauh yang saya intip waktu itu ada yang namanya Piagam Madinah. Saya tidak hafal isinya. Itu ibarat dengan Pancasila di negara anda ini. Semua orang asal beragama dan menyembah Allah tetap dilingungi. Hanya saja mereka diwajibkan membayar pajak istilah anda sekarang.
Hamba Tuhan:
Hmm … begitu ya. Anda tahu juga sejarah Islam ya?
Setan:
Haha... anda ini goblok apa. Wong pekerjaan saya setiap detik membututi anda semua. Bahkan semenjak nenek moyang anda yang berjulukan si Adam itu, musuh turun-temurun saya itu. Termasuk anda semua di sini.
Hamba Tuhan:
Oya jadi kekerabatan semua itu dengan teroris?
Setan:
Ya makanya saya sangat oke mereka yang mengaku jihad dengan main petasan itu, maaf walaupun anda menyebutnya bom, bagi saya itu hanya sekaliber petasan. Saya sangat oke mereka itu disebut teroris. Karena mereka cuma histeris. Semacam suasana kejiwaan yang dinamakan menggigau. Kebetulan saja objek gigauannya agama. Tapi aslinya itu bukan iman.
Hamba Tuhan:
Kenapa anda katakan itu bukan iman? Bukankah mereka dalam rangka memperjuangkan Islam. Agama Tuhan?
Setan:
Haha .. anda beruntung bahwasanya berdialog eksklusif dengan setan ibarat saya ibarat ini. Karena eksklusif dari sumber yang valid. Berbeda dengan debat antara anda dengan teman-teman anda semua yang rata-rata goblok semua soal ini. Saya kasi tahu rahasianya ya. Kalau itu iman, godaan saya tidak akan mampu masuk. Contoh saja di zaman Nabi Muhammad dulu, wah… itu saya benar-benar kewalahan. Mereka benar-benar beriman. Apa saja yang mereka lakukan dalam rangka iman. Mau saya serang melalui hati mereka, wah .. tambah susah lagi. Saya kepanasan di situ. Karena hati mereka selalu mengigat Tuhan. Dan isi hatinya nyaris baik-baik semua. Tidak ada niat mengejar iming-iming segala macam. Murni untuk Tuhan. Kaprikornus di hati yang ibarat itu saya benar-benar tidak mampu masuk. Backing mereka eksklusif Tuhan.
Sudah berkali-kali saya menyamar dan menipu mereka, tapi tetap gagal.Kenapa? Karena kebeningan iman mereka membuat Allah cemburu bila mereka saya goda. Kaprikornus Allah eksklusif kasi tahu pada mereka bahwa mereka sedang saya tipu. Walah …. Susah benar perjuangan saya waktu itu.
Tapi sekarang?
Wah … gampang benar!
Karena rata-rata kaum anda sekarang nyaris tidak ada yang beriman. Hanya sok beriman. Makanya mudah saya gelincirkan. Mata, hati dan .... lebih-lebih pikiran mereka, sudah saya butakan dan saya ganti dengan yang lain. Tapi mereka seolah-olah melihat iman, seolah-olah melihat Tuhan, seolah-olah melihat pahala, seperti sudah masuk sorga hahahaha…!
Hamba Tuhan:
Kaprikornus andalah bahwasanya bintang film dibalik semua ini?
Bersambung di posting Selanjutnya..... >> KLik
Ditulis Oleh: Erianto Anas