Kamis, 23 November 2017

Fakta Final Liga Champions 2017: Pembuktian Seorang Rookie

akan


Skor 4-1 pada Final Liga Champions 2017 di Cardiff (Inggris) Minggu dini hari tadi seperti melegitimasi bahwa Real Madrid pantas disebut sebagai Raja Klub Eropa. Keberhasilan mereka yang ke-12 kali dalam memperebutkan gelar Juara Eropa paling tendesius inilah yang menjadi alasan kuatnya. Bahkan ditambah dengan catatan rekor mereka yang lain menambah deretan prestasi ciamik tim besutan Zinedine ‘Zizou’ Zidane itu trend ini.

Setidaknya ada dua catatan rekor bagi Real Madrid selama trend ini di Liga Champions. Pertama; Real Madrid menjadi tim pertama yang berhasil mempertahankan gelar secara berturut-turut setelah format kompetisi berubah dari Piala Champions menjadi Liga Champions pada trend 1992/93. Kedua; Zizou menjadi pelatih pertama di Eropa yang berhasil membawa Real Madrid 
mempertahankan gelar di Liga Champions secara berturut-turut. Sebelum Zizou dan sewaktu format kompetisi masih berjulukan Piala Champions (Champions Cup) rekor yang sama juga pernah diraih Arrigo Sacchi yang mengantarkan AC Milan menjuarai Piala Champions pada 1989 dan 1990.

Bahkan, Presiden Florentino Perez pun seakan tidak percaya dengan pencapaian klub yang ia miliki itu. Tak tanggung-tanggung, kebanggaan sebagai “Pelatih Terbaik di Dunia” ia layangkan kepada sosok hangat Zizou. 

“Sekarang beliau (Zidane:red) yaitu pelatih terbaik di dunia. Walaupun beliau belum genap 2 tahun menjadi pelatih kami, tapi beliau telah menerangkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di tangannya,” 

Ucap Perez pada Stasion Radio Cadena Ser menyerupai yang dikutip dari DailyMail (04/06).
Bahkan, tidak hingga disitu saja. Pujian itu tetap berlanjut. Saking girangnya, Perez mengatakan pada sesi wawancara di Radio itu bahwa Zidane layak untuk tetap menukangi Real Madrid seumur hidupnya.

“Para fans pasti sangat gembira terhadap pencapaiannya, bahkan ia menerangkan diri sebagai legenda semenjak kedatangannya ke Madrid tahun 2001 lalu dan menjadi pemain terbaik di dunia bersama Los Blancos ketika itu.” tukas Perez.

Pembuktian Seorang Rookie


Zidane resmi menukangi tim senior Real Madrid setelah ditunjuk Florentino Perez menggantikan Rafa Benitez pada 4 Januari 2016.  Zidane sendiri bekerjsama telah masuk di jajaran pelatih semenjak 2013. Ketika itu ia menjadi Asisten Pelatih dari Carlo Ancelotti. Tak lama menjadi menjadi asisten, Zizou dipercaya untuk mengomandoi Real Madrid Castilla selama 2 trend sebelum ditunjuk menjadi manajer menggantikan Rafa.

Menggantikan Rafa ketika itu bukanlah peran yang mudah. Bahkan untuk sekelas pelatih-pelatih dunia sekalipun. Sebab, kondisi Los Blancos benar-benar tengah mengalami kemerosotan moral pasca ditinggal hengkang Ancelotti. Meski sebenarnya, catatan Rafa tidaklah jelenk-jelek amat, membukukan 17 kali nilai penuh dari 25 pertandingan. Namun, Madrid bukanlah klub gurem kemarin sore yang cuma bisa puas dari hasil statistik. 

Kalah dengan tim sekota Atletico Madrid, dipecundangi Barcelona empat gol tanpa balas merupakan rentetan “memalukan” yang membuat para petinggi tidak bisa duduk tenang. Belum lagi ditambah dengan kejadian yang membuat Madrid dan Rafa menjadi materi olok-olok alasannya yaitu tersingkir dari ajang Copa del Rey gara-gara diskualifikasi duduk perkara administrasi. Dari rentetan itulah yang rasanya membuat petinggi Madrid punya cukup alasan untuk mendepak Rafa.

Oleh alasannya yaitu itu, tak salah kalau Zidane dielu-elu sebagai pelatih terbaik di dunia ketika ini alasannya yaitu walaupun hadir sebagai pelatih dengan tingkatan rookie (pendatang baru) namun berhasil membalikkan keadaan dan menempatkan posisinya sebagai pelatih yang mesti diperhitungkan . Puncaknya ketika mengantarkan Real Madrid juara Liga Champions trend 2015/2016. Publik terkejut takjub, kejadian Copa del Rey pun dilupakan, dan mengikhlaskan Liga Domestik yang gagal diraih Real Madrid trend itu. Semua tergantikan dengan sorak-sorai kegembiraan pendukung yang merayakan trofi Juara Eropa mereka yang ke-11. 

Tak salah kalau Florentino Perez seperti ingin menghapus “tradisi” Madrid yang sering gonta-ganti pelatih dengan memberi keleluasaan bagi Zidane untuk tetap membesut Madrid selamanya. Perlu diketahui, semenjak tahun 2000-an, Madrid telah berganti pelatih sebanyak 13 kali. Entah ini yaitu ungkapan kegembiraan sesaat atau tidak dari seorang Presiden klub, yang pasti Zidane telah menerangkan bahwa sebagai pelatih rookie ia bisa mengantarkan kesuksesan besar untuk Madrid. Juara Liga Champions (2015/2016 dan 2016/2017), Juara La Liga (2016/2017), Juara Piala Super Eropa (2016), dan Juara Piala Dunia Antar Klub (2016). 
Bravo Zidane. Hala Madrid!

Disqus Comments