Sumitery Taniguchi (foto: Daily Mail) |
Seorang kakek berusia 86 tahun berjulukan Sumitery Taniguchi yakni salah satu korban selamat dari serangan bom atom di Nagasaki , Jepang , pada 9 Agustus 1945.
Meskipun nyawanya selamat , sekujur badan Taniguchi dipenuhi luka mengerikan akhir efek radiasi dari ledakan bom atom tersebut. Istrinya harus menggosok krim pelembab pada bekas lukanya setiap pagi untuk menguarngi iritasi.
Taniguchi masih tidak mampu meluruskan lengan kirinya hingga sekarang. Setengah tiga tulang rusuknya membusuk , meninggalkan penyok dan nanah pada adegan dadanya.
Dia mengungkapkan lukanya tersebut merupakan adegan dari karyanya dengan kelompok korban selamat bom atom Nagasaki lainnya dalam usaha melawan proliferasi nuklir.
(foto: Daily Mail) |
Lewat kelompok yang dipimpinnya tersebut , ia dan anggota lainnya berharap tidak akan ada lagi orang yang akan menderita rasa sakit dari ledakan nuklir.
Taniguchi gres berusia 16 tahun ketika bom plutonium lima ton yang dikenal dengan nama 'Fat-Man' , meledak 500 meter di atas kota kelahirannya , Nagasaki , di sisi barat pulau Kyushu.
Dia yang bekerja sebagai pembawa surat kala itu , terhempas dari sepedanya akhir ledakan dahsyat bom atom tersebut.
(foto: Daily Mail) |
Ketika itu , Taniguhci berada pada jarak 1 mil dari episentrum ledakan yang menewaskan 70.000 orang tersebut. Kebingungan setelah ledakan itu , ia berjalan tanpa tujuan selama tiga hari lamanya dan tidak menyadari tubuhnya telah terluka parah.
Dia mampu mencicipi sesuatu menyerupai kain compang-camping tergantung di punggung , pundak dan lengannya. Tak lama kemudian , ia sadar bahwa itu yakni kulitnya sendiri.
Setelah diselamatkan , ia menghabiskan 21 bulan ke depan terbaring tengkurap dengan mendapatkan pengobatan luka bakar , daging membusuk dan tulang melepuk.
Enam hari kemudian , Jepang mengalah pada sekutu dan menjadi tamat dari Perang Dunia II. Sejak ketika itu , kengerian bom atom tersebut tak pernah terhapus dari ingatan Taniguchi seiring luka yang dideritanya.
Sumber: Daily Mail