Ibnu Sina merupakan salah satu tokoh Islam yang disegani dunia. Ia sangat terkenal pada zamannya pada bidang kedokteran. Tidak hanya dikala masa kehidupannya, alasannya hingga kini, sumbangsihnya dibidang kedokteran masih terus digunakan. Tidak heran, kalau ia mendapat julukan Bapak Kedokteran Modern.
Ibnu Sina berjulukan asli Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina. Di dunia barat ia dikenal dengan nama Avicenna. Kecintaanya terhadap ilmu pengetahuan membuatnya sudah khatam ilmu kedokteran, hikmah, mantiq, dan matematika dengan aneka macam cabangnya pada usian 18 tahun. Ibnu Sina ialah pola dari peradaban besar Iran di zamannya.
Ia lahir pada tahun 370 Hijriyah atau pada 980 masehi di di Afsyahnah kawasan erat Bukhara(Persia) wilayahnya sekarang ialah Uzbekistan. Kecerdasannya memang sudah terlihat semenjak Ia masih kecil. Kecerdasan ini semakin terasah alasannya semenjak kecil sang ayah sudah membiasakannya melaksanakan kajian ihwal ilmiah.
Kecerdasannya yang menonjol dibanding teman-temannya, membuat sang guru menyarankan orang tuanya biar Ibnu Sina fokus menimba ilmu saja dan tidak terjun dalam dunia kerja kalau sudah lulus sekolah. Sang guru berharap biar Ibnu Sina secara penuh memperlihatkan perhatiannya kepada kegiatan keilmuan saja.
Saran tersebut ternyata disetujui oleh orang tuanya. Ibnu Sina pun hanya berfokus dengan bidang keilmuan saja. Ternyata Ia dengan cepat mampu menguasai banyak ilmu. Saat itu, meski masih berusia muda, dia sudah mahir dalam bidang kedokteran. Kejeniusannya ternyata membuatnya terkenal hingga terdengar oleh pihak kerajaan.
Hidup Ibnu Sina kian berubah, ketika suatu dikala Raja yang kala itu memerintah yakni Raja Bukhara Nuh bin Mansur jatuh sakit meminta Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya. Ternyata tinggal di kerajaan membuat Ibnu Sina dengan leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang sangat besar.
Ia mengatak bahwa semua buku yang diinginkan ada di perpustakaan tersebut, bahkan buku-buku yang kebanyakan orang tidak mengetahui namanya, dan Ia sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi.
Mengetahui akan gudang ilmu tersebut, Ibnu Sina pun memanfaatkan dengan baik dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya. Sesuatu yang menakjubkan ialah ketika usianya 18 tahun, Ia sudah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.
Lama tinggal di istana, Ibnu Sina pun turut sibuk dalam kancah perpolitikan di kerajaan. Namun semua kegiatan perpolitikan tersebut tidak mengurangi kegiatan keilmuannya. Ia bahkan menggelar safari panjang ke aneka macam penjuru. Bahkan dikala sempat dipenjarakan penahanannya selama beberapa bulan di Tajul Muk, penguasa Hamedan, Ia tetap saja mampu melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.
Ketika berada di istana dan hidup hening serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian dia menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.
Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ dikala ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ hingga dikala ini juga masih menjadi materi telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun goresan pena Ibnu Sina selama beberapa era menjadi kitab tumpuan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan aneka macam macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada era ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun ialah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.
Ibnu juga memiliki tugas besar dalam menyebarkan aneka macam bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memperlihatkan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.
Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah episode karya tulis ini, Ibnu Sina membahas ihwal asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta alasannya dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan jago gempa. Kedua alasannya proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses menimbulkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini ialah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”
Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang gres diakui sebagai ilmuan, kalau ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa dia membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara tepat setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama ialah periode ketika dia mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua ialah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan menyerupai yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina ialah menjawab aneka macam duduk perkara filsafat yang tak terjawab sebelumnya.
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina menyerupai karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari pemikiran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi ialah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap ihwal filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Nasrani dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina ialah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua era setelahnya oleh para pemikir Barat.
Ibnu Sina tutup usia dikala usianya 58 tahun dan tepat pada tahun 428 hijriyah. Namun kepergiannya tak menghapus khazanah keilmuan yang ia ciptakan dan ditinggalkan untuk umat manusia. Nama besarnya tetap hidup hingga dikala ini , alasannya Ia ialah pola dari peradaban besar Iran di zamannya.
Demikian artikel biografi Ibnu Sina-Bapak Kedokteran Modern. Semoga gosip ini bermanfaat dan menambah pengetahuan anda. Dapatkan kisah inspiratif dari aneka macam tokoh di dunia hanya di Infoyunik.com.
Ibnu Sina berjulukan asli Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina. Di dunia barat ia dikenal dengan nama Avicenna. Kecintaanya terhadap ilmu pengetahuan membuatnya sudah khatam ilmu kedokteran, hikmah, mantiq, dan matematika dengan aneka macam cabangnya pada usian 18 tahun. Ibnu Sina ialah pola dari peradaban besar Iran di zamannya.
Ia lahir pada tahun 370 Hijriyah atau pada 980 masehi di di Afsyahnah kawasan erat Bukhara(Persia) wilayahnya sekarang ialah Uzbekistan. Kecerdasannya memang sudah terlihat semenjak Ia masih kecil. Kecerdasan ini semakin terasah alasannya semenjak kecil sang ayah sudah membiasakannya melaksanakan kajian ihwal ilmiah.
Kecerdasannya yang menonjol dibanding teman-temannya, membuat sang guru menyarankan orang tuanya biar Ibnu Sina fokus menimba ilmu saja dan tidak terjun dalam dunia kerja kalau sudah lulus sekolah. Sang guru berharap biar Ibnu Sina secara penuh memperlihatkan perhatiannya kepada kegiatan keilmuan saja.
Saran tersebut ternyata disetujui oleh orang tuanya. Ibnu Sina pun hanya berfokus dengan bidang keilmuan saja. Ternyata Ia dengan cepat mampu menguasai banyak ilmu. Saat itu, meski masih berusia muda, dia sudah mahir dalam bidang kedokteran. Kejeniusannya ternyata membuatnya terkenal hingga terdengar oleh pihak kerajaan.
Hidup Ibnu Sina kian berubah, ketika suatu dikala Raja yang kala itu memerintah yakni Raja Bukhara Nuh bin Mansur jatuh sakit meminta Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya. Ternyata tinggal di kerajaan membuat Ibnu Sina dengan leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang sangat besar.
Ia mengatak bahwa semua buku yang diinginkan ada di perpustakaan tersebut, bahkan buku-buku yang kebanyakan orang tidak mengetahui namanya, dan Ia sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi.
Mengetahui akan gudang ilmu tersebut, Ibnu Sina pun memanfaatkan dengan baik dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya. Sesuatu yang menakjubkan ialah ketika usianya 18 tahun, Ia sudah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.
Lama tinggal di istana, Ibnu Sina pun turut sibuk dalam kancah perpolitikan di kerajaan. Namun semua kegiatan perpolitikan tersebut tidak mengurangi kegiatan keilmuannya. Ia bahkan menggelar safari panjang ke aneka macam penjuru. Bahkan dikala sempat dipenjarakan penahanannya selama beberapa bulan di Tajul Muk, penguasa Hamedan, Ia tetap saja mampu melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.
Ketika berada di istana dan hidup hening serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian dia menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.
Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ dikala ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ hingga dikala ini juga masih menjadi materi telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun goresan pena Ibnu Sina selama beberapa era menjadi kitab tumpuan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan aneka macam macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada era ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun ialah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.
Ibnu juga memiliki tugas besar dalam menyebarkan aneka macam bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memperlihatkan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.
Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah episode karya tulis ini, Ibnu Sina membahas ihwal asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta alasannya dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan jago gempa. Kedua alasannya proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses menimbulkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini ialah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”
Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang gres diakui sebagai ilmuan, kalau ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa dia membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara tepat setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama ialah periode ketika dia mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua ialah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan menyerupai yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina ialah menjawab aneka macam duduk perkara filsafat yang tak terjawab sebelumnya.
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina menyerupai karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari pemikiran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi ialah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap ihwal filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Nasrani dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina ialah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua era setelahnya oleh para pemikir Barat.
Ibnu Sina tutup usia dikala usianya 58 tahun dan tepat pada tahun 428 hijriyah. Namun kepergiannya tak menghapus khazanah keilmuan yang ia ciptakan dan ditinggalkan untuk umat manusia. Nama besarnya tetap hidup hingga dikala ini , alasannya Ia ialah pola dari peradaban besar Iran di zamannya.
Demikian artikel biografi Ibnu Sina-Bapak Kedokteran Modern. Semoga gosip ini bermanfaat dan menambah pengetahuan anda. Dapatkan kisah inspiratif dari aneka macam tokoh di dunia hanya di Infoyunik.com.