Dalam studinya, peneliti menggunakan lalat sebagai materi percobaannya. Mereka mencoba memasangkan lalat betina dan jantan dari spesies yang sama dan juga berbeda. Hasilnya adalah, mereka menemukan lalat betina lebih tertarik dan memilih lalat jantan yang berasal dari spesies yang berbeda.
Menurut para peneliti, lalat betina memilih pasangannya melalui penciuman. Mereka mampu mencium lalat jantan mana yang mampu menghasilkan keturunan yang sehat dan banyak.
"Kita mampu menyebutnya sebagai cinta pada pandangan pertama. Bukan hanya dari pandangan saja, tapi dari bau, bunyi atau sensasi lainnya yang memberi tahu lawan jenis bahwa pasangan biologisnya ada di dekatnya," ujar Andrew Clark dari Cornell University menyerupai dikutip dari Livescience.
Peneliti juga menemukan bahwa pengaruh zat kimia dan protein-protein tertentu yang dihasilkan lawan jenisnya ketika saling bertemu, sangat menentukan ketertarikan. Peneliti juga menemukan hasil yang sama dikala meneliti kelompok mamalia, termasuk manusia.
"Kesuksesan seorang wanita untuk menghasilkan anak ada hubungannya dengan kualitas genetik pria, terutama pria yang memiliki genetik berlawanan dengan si wanita," ujar Clark.
Peneliti mencoba menggunakan wangi kaos pria untuk memikat wanita, dan kesudahannya wanita lebih tertarik pada pria yang setelah diketahui ternyata memiliki gen yang sangat berseberangan dengan wanita itu. Belum diketahui dengan pasti mengapa hal itu terjadi, tapi adanya perbedaan sistem imun dan kemungkinan menghindari penyakit yang serupa menjadi faktor pertimbangan.
"Kami juga menemukan fakta ini pada pria yang tertarik terhadap wanita," ujar Mariana Wolfner, professor of developmental biology at Cornell.