Minggu, 07 Januari 2018

Hawking: Surga Itu Cuma Dongeng

Mayoritas umat beragama di Indonesia memercayai bahwa insan dijanjikan kehidupan yang awet di alam abadi beserta surga jikalau bisa berbuat baik dalam hidupnya.

Namun, dalam wawancara dengan The Guardian, fisikawan Stephen Hawking membantah hal itu. Dia mengatakan bahwa konsep kehidupan awet dan surga hanyalah cerita belaka.

Mayoritas

Hawking mengatakan, maut terjadi saat otak berhenti bekerja.

"Saya menganggap otak ibarat komputer yang akan berhenti bekerja saat komponennya rusak. Tidak ada kehidupan setelah mati ataupun surga bagi komputer rusak itu. Semua itu cuma cerita bagi orang-orang yang takut akan kegelapan," urai Hawking.

Dalam wawancara itu, Hawking juga mengemukakan bahwa terjadi fluktuasi kuantum pada masa awal semesta menciptakan galaksi, bintang, dan kehidupan, termasuk manusia.

"Ilmuwan memprediksikan bahwa ada banyak semesta yang tercipta secara spontan. Adalah duduk perkara kesempatan saja kita ada di dalamnya," kata Hawking.

Pernyataan tersebut juga mempertegas isi buku The Grand Design karyanya yang dipublikasikan pada 2010. Buku itu menyatakan bahwa penciptaan semesta dan eksistensinya tak perlu tugas serta Tuhan. Gagasan Hawking yang kontroversial itu menyulut perdebatan dengan para pemuka agama.

Pertanyaannya kemudian, saat kehidupan awet dan surga tak ada, apa yang harus dilakukan insan dalam hidupnya? Hawking mengemukakan bahwa hakikat kehidupan yakni menemukan makna dari tindakan yang dilakukan. "Kita harus menemukan nilai tertinggi dari tindakan kita," cetus Hawking.

Hawking sendiri menyatakan bahwa ia tak takut mati.

"Saya telah hidup dengan prediksi maut dini selama 49 tahun. Saya tak takut mati, tetapi saya juga tak buru-buru ingin mati. Saya masih punya banyak hal yang perlu saya lakukan," papar fisikawan yang juga menulis buku best seller A Brief History of Time pada tahun 1988 ini.

Dalam kesempatan wawancara itu, Hawking menyatakan, "Semesta diatur oleh sains. Tetapi sains mengatakan kepada kita bahwa kita tak bisa menyelesaikan persamaan secara langsung. Kita harus menggunakan teori seleksi alam Darwin untuk survive. Kita akan memberi mereka nilai tertinggi."

Hawking juga mengatakan sisi sains yang paling menarik bagi dirinya. "Sains menjadi menawan saat bisa menjelaskan secara sederhana fenomena atau kekerabatan setiap observasi yang berbeda. Misalnya terkait struktur DNA double helix dalam ilmu biologi dan persamaan dasar fisika," ungkap Hawking.

Hawking diketahui mengidap penyakit neuron motorik semenjak usia 21 tahun. Dokter memprediksi hidupnya tak akan lama, tetapi ternyata ia hidup sampai lima dekade setelah diagnosis penyakit itu. Kesempatan hidup lebih itu membuat Hawking merasa ia memiliki nilai kehidupan yang lebih.

sumber:
sains.kompas.com
Disqus Comments