Minggu, 07 Januari 2018

Evliya Celebi, Inilah Kisah Petualang Muslim Tangguh Di Era Turki Usmani

Evliya
April 1640, Evliya mulai melaksanakan perjalanan pertamanya keluar dari kota Istanbul. Dia pergi menuju Bursa atau Pursa, sebuah kota di Barat Laut Turki bersama sahabatnya.

Hampir seluruh serpihan dunia telah dijelajahinya. Selama 40 tahun, Evliya Celebi melanglang buana ke banyak sekali penjuru dunia. Tak heran, kalau Evliya ditabalkan sebagai petualang ahli dari Kekhalifahan Turki Usmani. Hasil petualangannya ke banyak sekali negara itu dituliskannya dalam sebuah buku perjalanan berjudul Seyahatname.

Evliya terlahir pada 25 Maret 1611 di Istanbul, Turki. Ayahnya ialah tukang emas yang mengabdikan diri untuk seorang penguasa Turki Usmani berjulukan Dervis Mehmed Zilli. Meski Evliya terlahir di Istanbul, kedua orangtuanya berasal dari Kutahya.

Dedikasi sang ayah untuk Kekhalifahan Turki Usmani membuat Evliya bisa mengenyam pendidikan yang sangat baik, dari kecil sampai remaja. Setamat sekolah dasar, di Kekhalifahan Turki Usmani, Evliya lalu melanjutkan studinya ke madrasah, yaitu sekolah yang berbasis pendidikan Islam selama tujuh tahun.

Di sela-sela masa studinya di madrasah, Evliya biasa membantu ayahnya bekerja di bengkel kerajinannya. Di tempat tersebut, sang ayah mengajarkannya banyak sekali macam keterampilan dan kesenian Turki, seperti, tezhip ( cara mendekorasi sampul buku dengan lukisan dan sepuhan emas), khat (cara menulis rupawan serta nakis (seni mendekorasi tembok dan langit-langit ruangan).

Evliya memiliki semangat mencar ilmu yang sangat tinggi. Ia mau mencar ilmu dari siapapun. Evliya mencar ilmu bahasa Yunani dari pekerja yang magang di bengkel kerajinan ayahnya. Empat tahun kemudian, Evliya mencar ilmu di Enderun, yakni, tempat mencar ilmu dan training bagi orang-orang yang akan bekerja di Kekhalifahan Turki Usmani.

Begitu lulus dari Enderun, Evliya menjadi pengawal Kaisar Murad IV pada 1636 dengan pertolongan pamannya Melek Ahmed Pasa. Sejak kecil, Evliya terobsesi untuk berpetualang dan melaksanakan perjalanan jauh. Pasalnya ayahnya selalu bercerita perihal petualangannya yang menakjubkan selama melaksanakan perjalanan dan melayani para sultan, termasuk Sulaiman yang Agung.

Suatu ketika, Evliya bermimpi bertemu dengan Nabi SAW, dalam sebuah kumpulan jamaah yang sangat banyak di Masjid Ahi Celebidi Istambul. Ia sangat senang bisa bertemu dengan Nabi. Mimpi itu juga yang semakin membuatnya bersemangat untuk segera melaksanakan petualangan.

Bahkan, beliau memilih hidup dengan banyak sekali macam petualangan. Evliya berobsesi juga menulis dan menceritakan banyak sekali macam hal yang akan dilihat dan ditemuinya dalam perjalanan panjangnya. Setelah bermimpi bertemu Nabi SAW, Evliya meminta pesan yang tersirat kepada seorang Syeikh yang terkenal perihal keinginannya yang menggebu-gebu untuk segera melaksanakan perjalanan.

Syeikh tersebut menyarankannya untuk memulai perjalanan di sekitar kota Istanbul terlebih dulu. Setelah menerima petuah yang cu kup, Evliya memulai perjalanannya yang pertama kali di sekitar Istanbul. Dia menulis dan menceritakan banyak sekali macam objek yang beliau lihat dan datangi menyerupai banyak sekali macam bangunan, pasar, tokotoko, musik, literatur, festival, aga ma, serta adat-istiadat, serta kebudayaan.

Baru pada April 1640, beliau mulai melaksanakan perjalanan pertamanya keluar dari kota Istanbul. Dia pergi menuju Bursa atau Pursa, sebuah kota di Barat Laut Turki bersama sahabatnya. Setelah melaksanakan petualangan ke kota itu, semangatnya untuk melaksanakan perjalanan panjang di seluruh kekuasaan Turki Usmani dan luar negeri kian menggebu.

Evliya terkadang menemani para petinggi kekaisaran menuju daerah-daerah pedesaan yang terpencil, kadang melaksanakan perjalanan dengan misi yang ditugaskan dari Sultan, dan kadang juga ikut melaksanakan peperangan. Setelah melaksanakan perjalanan ke Izmit, Evliya pergi ke Trabzon di sebuah pantai di Laut Hitam menemani Ketenci Omer Pasa yang akan bertemu dengan Gubernur Izmit. Selama tinggal di Izmit, beliau menyaksikan kegagalan tentara Turki Usmani menaklukan Kastil Azov.

Setelah itu, beliau pindah ke Crimea dan menghabiskan trend hambar di tempat tersebut. Evliya gres kembali ke Istanbul, setelah Turki Usmani berhasil menaklukan Kastil Azov. Pada 1645, beliau bersama tentara Turki Usmani menaklukan Pulau Kreta dan kembali ke Istanbul untuk beristirahat selama empat tahun.

Lalu beliau mulai melaksanakan perjalanan lagi menuju Anatolia, mengunjungi Azerbaijan dan Georgia, bersama tentara Turki Usmani menaklukan para pemimpin lokal wilayah tersebut. Dia juga melaksanakan perjalanan ke Gumushane, sebuah provinsi di timur laut Turki.

Setelah menghabiskan trend hambar di Erzurum, Evliya ditugasi mengantarkan pesan kepada pemberontak Vardar Ali Pasa oleh penguasa Turki Usmani untuk membuat perjanjian damai. Ketika mengantarkan pesan tersebut, Evliya tersesat akhir angin ribut salju yang hebat. Untunglah dia, bisa menemui sejumlah pemimpin pemberontak lainnya.

Pengalaman itu dikisahkannya dalam sebuah catatan perihal pemberontakan Vardar Ali Pasa secara komprehensif. Antara 1648-1650, Evliya melaksanakan perjalanan ke Damaskus. Dari perjalanan ini, beliau melaksanakan eksplorasi lebih dalam mengenai negara Suriah dan Palestina. Lalu beliau kembali ke Istanbul. Ia lalu menemani pamannya, Melek Ahmed Pasa untuk bertemu dengan perdana menteri.

Evliya paham betul berbabai intrik politik yang tengah terjadi di Kekhalifahan Turki Usmani. Selama menemani perdana menteri, Evliya memiliki kesempatan mengunjungi Balkan antara 1651-1653. Sekembalinya dari Balkan, beliau mengunjungi Anatolia episode timur dan Iran. Dia menghabiskan waktu dengan Sekte Yezidis yang percaya bahwa Ali ialah Yang Mahakuasa dalam bentuk manusia. Dia mengetahui banyak isu mengenai sekte sesat tersebut.

Setelah itu, beliau melaksanakan perjalanan lagi dengan pamannya Melek Ahmed Pasa menuju Bosnia. Lalu, pada1660, beliau mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Kose Ali Pasa. Selama ekspedisi tersebut, beliau melaksanakan eksplorasi ke Albania, Bohemia dan wilayah sekitarnya.

Setelah menghabiskan trend hambar di Belgrade, beliau kembali ke Istanbul. Lalu beliau bergabung dengan pasukan Fazil Ahmed Pasa menyerang Austria. Selama masa ekspedisi, Evliya juga mengunjungi Swedia dan Belanda. Kemudian beliau kembali lagi ke Balkan untuk mengunjungi Edirne, Komotini dan Salonika.

Ia lalu melanjutkan perjalanannya ke Pulau Kreta di Yunani. Ia menyaksikan kehebatan tentara Turki Usmani. Setelah itu, ia mengunjungi pantai Adriatik melalui Albania dan kembali ke Istanbul pada 1670.

Merasa berdosa sebab belum pernah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Makkah, Evliya kembali ke Istanbul untuk mempersiapkan perjalanannya yang terakhir. Dia menuju Makkah melalui episode barat Anatolia, kemudian melewati Scio dan Rhodes, melewati selatan Anatolia dan bergabung dengan jamaah haji di Suriah. Ia pun berhasil menunaikan rukun Islam ke lima itu.

Seusai menunaikan ibadah haji di Makkah, beliau menuju Mesir melalui jalan masuk Suez bersama jamaah haji Mesir. Kemudian menuju Sudan dan Ethiopia, ia tinggal di sana cukup lama. Namun tidak ada catatan sejarah di mana sang petualang menghembuskan nafas terakhirnya.

Ada dua perkiraan, yakni di Mesir atau di Istanbul. Meski begitu, kiprah dan dedikasinya sebagai seorang petualang Muslim di zaman kejayaan Turki Usmani sampai kini masih tetap dikenang.


SEYAHATNAME Kisah Perjalanan Sang Petualang

Seyahatname berarti sebuah buku perjalanan. Ini merupakan karya besar Evliya Celebi. Dalam buku tersebut, beliau menuliskan dan menceritakan banyak sekali macam pengalamannya. Seyahatname terdiri dari 10 volume yang menggambarkan secara detail beragam pengalaman yang dialami Evliya diwilayahwilayah yang dikunjunginya.

Dia menuliskan perihal komunitas , gaya hidup, bahasa, maupun budaya orang-orang di wilayah tersebut. Buku tersebut merupakan catatan yang komprehensif untuk menggambarkan kehidupan pada kala ke-17 M. Evliya bisa menggambarkan objek-objek yang dilihatnya secara mendetail dan menarik.

Selain itu, Evliya menuliskan bukunya dengan cara sederhana, sehingga mudah dipahami orang awam. Dia tidak khawatir dengan kesalahan tata bahasa, asalkan yang membacanya paham.

Seyahatnamesangat baik dalam menggambarkan kekerabatan Kekhalifahan Turki Usmani dengan negara-negara lain. Buku tersebut, merupakan sumber isu yang berharga pasalnya buku tersebut mencakup pengetahuan perihal budaya, sejarah, geografi, kisah rakyat, bahasa, sosiologi, arsitektur, dan ekonomi.

Evliya tidak hanya menuliskan apa yang beliau lihat dan dengar saja. Tetapi, beliau juga berusaha menggambarkan kemajuan umat insan di setiap bidang pada masa itu. Dia menuliskan perihal banyak sekali macam bangunan-bangunan penting menyerupai kerajaan, kastil, benteng, maupun masjid.

Dia juga menuliskan biografi orang-orang yang penting dan terkenal, huruf bangsa di setiap wilayah yang dikunjungi, juga kepercayaankepercayaan mereka. Buku Seyahatnamevolume I sampai VIII diterbitkan pada 1896-1928 dalam bahasa Arab.

Sedangkan volume IX dan X Seyahatnamedipublikasikann pada 1935-1938 dalam bahasa Latin. Seyahatnamejuga dialihbahasakan ke bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Rusia, Hungaria, Romania, Bulgaria, Serbia, Yunani, Armenia dan bahasa-bahasa absurd lainnya. Ada sebuah rumor bahwa Evliya juga membuat buku keduanya yang berjudul Sakaname.

Namun buku tersebut sampai ketika ini belum ditemukan keberadaannya. Evliya juga menuliskan sejumlah kata-kata asli dari setiap wilayah yang beliau kunjungi selama melaksanakan perjalanan. Dia juga menuliskan 30 dialek bahasa Turki dan 30 katalog bahasa absurd lainnya di buku Seyahatname.

Dia sempat menuliskan persamaan antara bahasa Persia dengan bahasa Jerman. Dalam buku tersebut beliau mendeskripsikan banyak sekali macam bahasa Kaukasia, Tsakonian, Kudish, dan Ubykh.
Disqus Comments