Jumat, 01 Desember 2017

(Renungan) Paku dan Pagar Ajarkan Kita Arti Sahabat



Pernah ada seorang anak lelaki yang berwatak buruk. Ayahnya memberi beliau sekantung penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali beliau kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.

Hari pertama beliau memaku 37 batang di pagar, alasannya yaitu hari itu anak tersebut tercatat berselisih paham dengan sahabat temannya. Pada minggu-minggu berikutnya beliau berguru untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia menerima bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tibalah hari saat beliau tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan Gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya. Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap kali bila beliau berhasil menahan diri/bersabar.

Hari-hari berlalu dan kesudahannya tiba harinya beliau mampu memberikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar. Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata: "Anakku, kau sudah baik, tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar. Pagar ini tidak akan kembali menyerupai semula."

Dengar arah baik baik nak. Kalau kau berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka menyerupai pada pagar ini. Kau mampu menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kau meminta maaf/menyesal.

Teman sahabat kita yaitu tambahan yang langka. Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat. Mereka bersedia mendengarkan jikalau itu kau perlukan, mereka menunjang dan membuka hatimu. Tunjukkanlah kepada teman-temanmu betapa kau menyukai mereka
source
Disqus Comments